JANGAN pernah berkata benci, kotor, atau berpikir busuk. Itu nasihat nenek saya. “Nanti, kalau ada setan lewat, bisa terjadi sungguhan,” katanya. Saya cuma mesem, cenderung menyepelekan petuah itu. Makium, di mata saya, orang sepuh itu suka berpikir aneh, termasuk yang tidak masuk akal.
Pokoknya, ucapan Nenek yang membawa nama setan, iin, dan malaikat saya ibaratkan angin lalu. Tak perlu digubris. “Ya, sudah, kalau tak percaya,” katanya. Esoknya, petuah serupa diulang lagi, dan diulang lagi, walau sang cucu selalu menertawakannya.
Belakangan, “pelajaran” dan Nenek itu ada benarnya, walau tidak mutlak karena menyertakan setan, jin, dan malaikat sebagai penyebab. Tampaknya, Nenek yang buta huruf dan tak mau memaksakan kehendak itu lebih memahami hidup. Memang. makin berakal seseorang, makin mudah ia memahami alasan orang lain.
Ternyata, pikiran manusia itu bisa 'disetel” sesuai dengan daya kehendak.
Mengumpat disertai kutukan bisa mewujud nyata jika dilakukan serius. Yang merampas daya itu adalah keraguan. Keraguan merampas keberanian, harapan, dan optimisme. Berpikir busuk, misalnya, bisa melecut ketidakserasian.Berpikir buruk itu hanya menyengsarakan diri. Membuat suasana jadi muram.
Sebaliknya, pikiran yang positif dapat menghasilkan sesuatu yang sangat mengagumkan. a dapat menguasai materi, objek, dan urusan. “la bahkan dapat bekerja dengan sangat mengagumkan, yang orang tak dapat menjelaskannya,” tulis Hazrat Inayat Khan.
Pikiran dan perasaan manusia itu memiliki getaran kekuatan. Ketenangan dan kedamaian hati seorang pawang, misalnya, mampu menjinakkan singa liar.
Pikiran singa itu “terpengaruh” oleh si pawang yang cinta damai. Begitu pula dalam arena adu gajah di India. Daya pikir ribuan penonton menghendaki agar hewan itu berkelahi. Keinginan itu direfleksikan pada hewan hingga menimbulkan kekuatan sekaligus hasrat untuk berkelahi.
Ada pula penjinak ular yang bertugas “membujuk” binatang melata itu keluar dar sarangnya, tanpa musik. Pikiran penjinak yang direfleksikan pada ular itulah yang menarik ular keluar dar persembunyian. Ada orang yang mengusir lalat dengan merefleksikan pikirannya pada makhluk kecil tersebut. Kekuatan yang mempengaruhi pikiran serangga itu merupakan bukti adanya daya, bukan keistimewaan.
Ada pula kuda yang mampu memecahkan soal matematika rumit. Jawaban itu merupakan refleksi pikiran pelatihnya yang diproyeksikan pada pikiran kuda. Dalam proses mediumistik, suatu gagasan matematika diproyeksikan pada pikiran kuda. Daya proyeksi dapat ditingkatkan dengan peningkatan daya kehendak, pemikiran, atau perasaan. Inilah rahasia terbesar kehidupan.
Bila pikiran tak jelas, misalnya, terganggu atau terlalu aktif, maka pikiran tidak dapat mengantar refleksi secara utuh. Pikiran dapat diibaratkan danau. Jika angin bertiup dan air beriak, maka refleksinya menjadi tidak jelas. Sebaliknya, jika berair tenang. bisa merefleksikan dengan jelas.
Pikiran adalah permukaan hati, dan hati adalah kedalaman pikiran. Apa yang datang dar dalam menyentuh kedalaman, dan yang di permukaan hanya berada di permukaan. Maka, jangan heran jika dua jiwa yang berhati penuh kasih dan berperasaan halus bisa berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan. Jarak bukan halangan.
Maka, si Binu yang lama tak bersua, misalnya, tiba-tiba menelepon atau muncul di depan mata hanya karena “terpikirkan” oleh teman karibnya. Kebetulan? Tidak! Di dunia nii tak ada sesuatu yang bersifat kebetulan. Seluruh perilaku pikiran mempengaruhi urusan hidup.
Daya pikir memang punya efek yang dahsyat. Pikiran yang panas membuat “api’ di sekitarnya, hingga orang-orang di dekatnya terbakar oleh ‘api” tersebut Sebaliknya, pikiran yang tenang dan damai memberi kesejukan pada orang-orang yang berada dalam ruang lingkupnya.
Tentu, semua refleksi ini bukan karena ada setan atau malaikat lewat. Di dunia ini, tiada suatu yang tanpa makna. Juga bukan kebetulan. Tidak sebutir atom pun yang terlepas dan liputan dan rencana Allah. Hanya karena kita tak memahami kehidupan di dunia ini, maka kita berada dalam kegelapan.
“Sesungguhnya, di antara ilmu itu ada yang laksana mutiara tersembunyi, ia tidak diketahui kecuali hanya oleh orang-orang yang mengenal Allah,” kata Nabi Muhammad SAW. (disarikan dan Gatra-vVY)